About Us

"Komunitas Kongkrit (KK)" 


didirikan pada 20 November 2014 oleh sekelompok mahasiswa Magister IPB. 

Meskipun demikian, keanggotaan relawan tidak terbatas hanya untuk mahasiswa pascasarjana IPB. 


Bahkan sejak Januari 2015, KK melebarkan sayapnya di Kota Medan. Saat ini relawan yang terdaftar telah mencapai lebih dari 50 orang, baik di Bogor maupun Medan. 

Lewat slogan "Nyata Berbagi", KK berupaya konsisten menjalankan aktifitasnya dengan konkrit dan masif. Program pertama yang digagas adalah buka bersama shaum sunnah senin-kamis di Masjid Alhurriyah IPB. Seiring berjalannya waktu, program kegiatan pun bertambah yaitu tebar sarapan bagi petugas kebersihan IPB setiap jumat pagi. Program rutin KK lainnya yaitu tebar makanan bagi petugas unit keamanan kampus (UKK) IPB. 

KK Medan juga mengadakan program rutin serupa, yaitu tebar sarapan bagi petugas kebersihan di Kota Medan dan santunan kepada anak jalanan. Program lainnya yang sedang berlangsung saat ini yaitu tebar 1000 bakiak bagi masjid/mushola di Kota & Kab. Bogor. 

Selain itu, KK juga sempat menyelenggerakan kegiatan sosial lainnya yang bersifat insidental seperti pemberian bantuan alat tulis, buku dan iqra di Desa Citalahab, Kab Bogor, aksi bersih-bersih kota bogor paska perayaan pergantian tahun 2014-2015 dll. 

KK juga bekerja sama dengan komunitas lainnya yang turut serta dalam kegiatan sosial seperti Komunitas Pedal Salam, Relawan Indonesia (Relindo), Komunitas Pohon Inspirasi.


2 comments:

  1. Perempuan Murah Senyum yang Mengalami Kekurangan Tingkat Kelayakan dan Keberlanjutan
    Oktober 9, 2019 in DAERAH
    Perempuan Murah Senyum yang Mengalami Kekurangan Tingkat Kelayakan dan Keberlanjutan
    Kabupaten Bekasi, Kongkrit.com—Di Desa Sumberjaya, Kecamatan Tambun Selatan tepatnya di Kp. Warung Asem Rt 01 Rw 01 letak rumahnya di salah satu pojok, hampir semua penghuninya tunawicara. Mereka hanya mengangguk-angguk ketika pewarta berkunjung ke rumahnya malam itu, Rabu 9 Oktober 2019.

    Sepintas, nampak penghuni rumah yang didominasi oleh perempuan itu hanya tersenyum menyambut kedatangan pewarta. Mungkin mereka mengharapkan bisa menjawab pertanyaan tamunya di dalam dirinya sendiri.

    Namun, bukan sekedar itu. Dengan suasana menjelang waktu istirahat panjang, pewarta mencoba berkomunikasi kepada Aminah (67), penghuni rumah yang bisa berbicara.

    Sehingga perbincangan panjang pewarta dengan Uwak, panggilan sehari-hari Aminah, mengembang dalam konteks yang perlu. Di rumahnya, Uwak menceritakan secara pelan-pelan bahwa perempuan-perempuan tunawicara ini adalah keponakannya kandung termasuk juga cucunya.

    Sebagai Uwaknya, saya telah menganggap semua keponakan adalah anak saya juga. Uwak mengakui semua keponakannya: Indah Sapitri (43), Nurhayati (41) dan Susanti (38) tidak bisa berbicara sejak lahir.

    “Termasuk Adik kandung saya, Suwati (47) serta cucu saya yang kecil,” terangnya.

    Dengan kata lain, keterbatasan Uwak yang umurnya sudah tua, sepertinya perempuan-perempuan tunawicara sejak kecil ini luput dari pemberdayaan dan terpisahkan dari bagian seluruh warga masyarakat.

    Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Bekasi di bawah dinas yang berkewenangan, setidaknya membantu mereka bertahan hidup tanpa kehilangan harapan sama sekali. (AmBaR)

    ReplyDelete
  2. https://kongkrit.com/perempuan-murah-senyum-yang-mengalami-kekurangan-tingkat-kelayakan-dan-keberlanjutan/

    ReplyDelete